Monday, September 24, 2007

Kala menyetir (mobil) biasanya saya suka memberi jalan pada kendaraan lain yang butuh atau orang menyeberang. Tidak ada ruginya melepas gas sebentar biar yang lain bisa lewat. Perkecualian untuk angkot dan bis yang suka menyerobot antrian. Pengalaman selama ini, angkot bukan jenis yang tahu terima kasih. Sesudah diberi jalan mereka malah enak saja berhenti di depan kita, menunggu calon penumpang atau ngobrol dengan temannya. Masih mending kalau berhentinya di pinggir, ini di tengah jalan. Ngajak ribut apa.


Biasanya ketika tiba giliran saya butuh jalan, sesemrawut dan se-hetic apapun, ada saja yang berbaik hati memberi. Entah mobil atau motor. Pernah saya iseng berlaku egois, tidak memberi jalan sama sekali meskipun jaraknya masih jauh. Believe or not, waktu saya yang butuh jalan, tidak ada yang mau memberi. Harus menunggu sampai betul-betul sepi.


At least it teaches me something, as you sow, so you will reap.

Friday, September 21, 2007

kemana kau pergi, cinta?

Monday, September 17, 2007

Don't you think it is the time to jump to another ship? The problem is, the rescue ship hasn't arrive yet.

Thursday, September 13, 2007

Some blogs have advanced features such as password protection per post, this means people can read post#1 but not post#2 unless they supply the correct password. Sophisticated? I don't think so. The reason is simple:


Blog is for public. Either you make it private to a group of your closest friend or not, the bottom line is the same: you allow others read you. So I don't see the point of posting a thing but prevent others from read it. If you don't want other people to read your post then why you still put it on your blog? Better do not post it at all! If you believe things are better left unspoken then let them be. Do not convey it to the world.


If the reason is because you do not want certain person read your post but you have no problem with the others then I say what kind of person are you? Do you have the guts to tell the truth, your true feeling/opinion or you are nothing but a coward? Kind of loosers who have no courage to take the risk of their own action.


Not everyone is ready to face the truth but I guess if we want to move on then we should start to learn it.

Wednesday, September 05, 2007

I guess it is true that life is about a choice. You can choose to be somebody or nobody. In more popular terms, you can choose to be a Hyundai or Lexus. It all depends on you. Notice that to be somebody there are effort, pain, tears and obviously time.


You choose who you want to be.
You choose what you want to do.
You choose where you want to be.


Look at the mirror and ask yourself, have you make your own choice?

Tuesday, September 04, 2007



*Yanni - If I could tell you. Taken from his concert*
It's still hard to turn away

Monday, September 03, 2007

Baru pulang dari suatu tempat di daerah puncak, menghabiskan wiken di sana. Bukan gaya-gayaan atau tiba-tiba sudah termasuk golongan "the have" tapi diminta mengantar pergi dan mengantar pulang dari Jakarta yang panas dan serba beton ke villa yang sejuk dan serba hijau. Sisi positifnya, bisa refreshing. Enak juga menginap semalam di sana. Jalan kaki pagi-pagi menyusuri jalan pegunungan yang alamak terjalnya, minum teh di gazeebo, main badminton sebentar, lanjut ping-pong lalu bakar jagung, leyeh-leyeh di balkon dengan pemandangan lembah terus tidur (lagi) sampai makan siang.


Sisi negatifnya, pegel juga menahan kopling satu setengah jam dari tol jagorawi exit puncak sampai pertigaan beberapa kilo sebelum taman safari. Jengkel dengan berandalan lokal yang berlagak mengatur lalu lintas tapi tujuan aslinya cuma uang dan hasilnya malah bikin macet tambah parah. Dan sebal dengan ulah motor yang seradak seruduk minta digampar plus tingkah laku angkot dan pengemudi APV yang pecicilan. Dari dulu sampai sekarang sama saja, rata-rata sikap pengemudi APV dan Carry selalu belagu dan mau menang sendiri sementara kenyataannya jalanan itu harus dibagi.


Dari petualangan kemarin ada beberapa yang bisa dicatat. Pertama kalo ingin menjajal kemampuan mobil di tanjakan pergilah ke tempat-tempat seperti ini, desa-desa di pegunungan sekitar puncak pass. Belum pernah rasanya menemui jalur yang begitu ajaib, tanjakan terjal dengan sudut miring 45 derajat lalu di ujung tiba-tiba berbelok patah ke kanan. Dan jangan bayangkan selama menanjak itu rutenya lurus seperti huruf I, biasanya sih membentuk huruf S. Seriously, jalur ini mungkin sebenarnya disiapkan untuk dilewati kuda bukan mobil.


Hebatnya MPV mur-mer dengan mesin kecil 1300 cc yang diisi delapan orang dewasa plus satu panci sop, empat raket badminton, satu tabung shuttle cock yang cuma berisi satu cock, dua pasang sandal jepit, tiga bungkus kacang atom garuda dan biskuit ritz plus beberapa tas sukses menaklukkan semua tanjakan tanpa ngos-ngosan dengan ac on depan belakang meski terkadang harus berhenti di tengah lantaran macet.


Catatan kedua, betapa minimnya petunjuk jalan di situ sehngga rute pulang meleset jauh dari rute pergi. Kalau pergi kita lewat pertigaan ciawi arah puncak, ketika pulang lantaran cuma mengandalkan instiusi sambil berharap dituntun the force, akhirnya malah keluar di dekat pintu gerbang Ciawi, tepat sebelum pertigaan yang mengarah ke Tajur. But I call it luck as we were one step closer to highway gate.



Catatan ketiga, penduduk lokal semakin komersial. Tiap pertigaan selalu ditungguin mahluk kucrit yang berlagak mengatur lalu lintas, mulai dari berandal bermuka hancur sampai anak kecil dan ibu-ibu. Di salah satu ruas jalan malah pasang meja plus kopi segelas. Such disgusting.


Catatan keempat, Jakarta memang sumpek dan miskin hiburan.