Tuesday, May 30, 2006

lovely KAYLA




what's new with Kayla now:

1. udah jago merayap.. ntar lagi mau merangkak kayaknya secara pantatnya suka dinungging-nunggingin..hihihi
2. seneng banget ngintip orang sholat (gw, ayahnya or her grandma). sambil ketawa-ketawa cengengesan, dia langsung ngerayap cepet dipojokan ranjang ngeliatin orang sholat disampingnya.
3. suka ngoceh-ngoceh gak jelas.. aauuu.. aahh..uuuh.. aduu.. buaa... ayaa..
4. sudah belum digundulin rambutnya (kapan ya? dimana?)
5. seneng banget kalo di kasih kertas. selain masuk ke mulut, bisa dia sobek-sobek..
6. udah mulai tumbuh 2 gigi seri bawahnya.. meski masih imuutt banget..

Monday, May 29, 2006

Here's my comment about:


Mayang Sari: Die bitch! Die! May you burn in hell!!
Soeharto: Forgiveness eh? Justice first then we can talk about forgiveness!
Makassar student: Stupid and idiot as they always be.
Jogja earthquake: Glad to inform you that all of our family there are save and had been beamed up to the Enterprise. Our team there reported that our castle is over all ok and they have everything under control.

Friday, May 26, 2006

kasih bunda, kepada kayla
tak terhingga, sepanjang masa
hanya memberi, tak harap kembali
bagai sang surya, menyinari dunia



I'm very touched by this song. ouch!

Wednesday, May 24, 2006

Perhaps, the best part of my trip to Makassar is when we paid Tanjung Bunga a visit. And it also be the final chapter of our trip yesterday. Tanjung Bunga is a beach. Unlike Losari, this one has sand and tree and become a favourite place for romantic spot. We had planned to get there since the first day we arrive but there were always something happened in the way that prevent us from being there, either the schedule was so tight or the weather was not a friendly one. But just a day before we depart we push our luck and luckily it was successful.





I love beach. I love sea. Love the sand. And the wave as well. Have no idea why but I find out that beach is pretty more interesting than mountain and a far better place also. So there was I, standing against the sea, looking at the horizon, feeling the wind splashes on my face and the water on my foot. For each part of the wave that run into my finger, there was a little peace with it. If only I had time, I might sit gazing at the ocean at night, doing nothing but trying to listen to the sound of the sea. Yeah I know I must come again.

Monday, May 22, 2006

si meg pergi ke pasar...

minggu kemaren gue ke pasar (baca: tradisional, bukan hypermarket lho..). ceritanya berhubung tanggal tua, jadi maunya banyakan di rumah dan masak aja instead of bela-beli fastfood. biasanya kalo bumbu dapur (baca: bawang putih bersodara) udah menipis, hari minggu gue sempetin skalian beli banyak di pasar buat up date stock. dulu sih nyoba di pasar prapatan, tp kmrn ini beli di warung/kios di kompleks, yang menjual layaknya di pasar, cukup lengkap dan rame pembeli pulak. mayan kan bisa irit 10ribu buat ongkos pp ke pasar aslinya..

berikut ini yang gue dapet dengan duit 50ribu ++ rupiah saja.. (ketak ketik kok sounds that gue makin mirip "Mak Irit" di jelang siang trans tv yak..? huahahaha..)

1. bawang merah 1/2 kg = Rp. 6000
2. bawang putih 1/2 kg = Rp. 8000
3. tomat 1/2 kg = Rp 2500 (mahal bo, dulu sempet 3500 perak sekilonya)
4. cabe merah keriting 1/4 kg = Rp 4000 eh ditawar jadi Rp. 3500 saja
5. brokoli (ga tau brp ons tuh) = Rp. 2500
6. 2 ikat sawi ijo @ Rp. 1000 = Rp. 2000
7. sawi putih = Rp. 2000
8. bumbu dapur (assorted) = Rp. 500
9. bakso sapi dan ikan 10 biji = Rp. 4500
10.tahu = Rp. 2000 (biasanya 1500 saja di pasar beneran)
11.tempe = Rp. 2000
12.bawang bombay 2 biji = Rp 2000 (sama aja kayak di carre4 dunk ah!)
13.pisang ambon = Rp. 1500 (cuma 2 biji say..)
14.garam kasar sebungkus = Rp. 2000
15. ikan bandeng 1 ekor = Rp. 10.500 (mahal yee?)
Total = Rp. 51.500, diskon 500 rupiah aja dari abangnya jadi 51ribu (tanggung amat)...

btw, saking ramenya gue gak sempat nawar semuanya, soalnya keliatannya disana juga harganya pas, kalo ditawar paling turun dikit ato tidak sama sekali. hikz. eniwei, yang sering blanja ke pasar mungkin bisa menilai kemahalan ato gak blanjaan gue..secara gue juga gak tau pasti harga" barang yg gue beli diatas. hehe

isi tasku..




lemparan dari calon ibu satu ini, sori telat nge-responnya say. soalnya telat ngambil fotonya dan belum diedit pulak. but, biar gak lupa gue tulis dulu deh ya.. (gbr dari kiri ke kanan):

1. tas item merek gak jelas. bukan hadiah dari nyokap, tapi lebih tepatnya nyolong punya nyokap. hehe. gue suka bentuknya yang simple dan cukup muat banyak. bahannya agak bagus, tapi sayang bagian handle nya udah agak cacat.. someday mo gue benerin di 'Laba-Laba Cikini' kali ya.. secara kata nyokap harganya agak mahal dan hadiah dari orang pulak. hehe
2. dompet isi duit, ktp, atm cards, kartu berobat gue, kartu berobat kayla, sim A, sim C (udah expired tapina), movie rental cards, name cards, poto", bills, dll, etc, ampe tuh dompet kegemukan kartu!
3. sarung HP + HP Noki 3660 (deuu.. ketinggalan bang-ged yak gue.. hikz)
4. tas kecil isi bedak, lisptik, pinsil alis buat taroh di kantor
5. USB flash disk (it's a must!)
6. dompet kecil buat receh-receh angkot or ojek..
7. karet rambut
8. sisir
9. sedia payung sebelum hujan

Friday, May 19, 2006

Masih sisa dari perjalanan ke Makassar kemarin, sebenarnya habis makan coto kita sempetin cari oleh-oleh sekalian beli titipan minyak tawon dan kain sarung. Enggak mau capek muter-muter kita mampir di toko Ujung di kawasan Somba Opu Shopping Center. Ini sepotong ruas jalan yang kayaknya sengaja diarahkan sebagai tempat jual beli emas dan oleh-oleh. Letaknya sebelah-sebelahan dengan pantai Losari, jadi sebenarnya rute kita kemarin cuma muter-muter di situ-situ juga.


Di situ cukup lengkap, minyak tawon ada, oleh-oleh ada, sarung dan barang kerajinan juga ada. Bingung juga nyari oleh-oleh buat dibawa pulang, lantaran Makassar tidak punya penganan enak yang khusus untuk dibawa seperti Bandung dengan brownies kukus-nya atau Yogya dengan bakpianya. Coto, konro dan nyuk nyang memang enak tapi kalo disantap segera setelah dimasak. Kalo udah nginep semalam dijamin rasanya jauh beda. Akhirnya pilihan jatuh ke markisa juice *yang ternyata di Jakarta cepat sekali habis*, abon sapi, kacang, kacang gula dan jagung marning. Markisa juice-nya memang segar tapi mahal. Satu kemasan dus isi dua botol medium sudah 30k sendiri. Abonnya juga mahal, ukuran 1 kg dihargai 30k juga. Minyak tawon apalagi, terbagi dua jenis merah dan putih, yang merah dijual 35k seukuran botol kecap, yang putih 110k. Berat lagi boo.. Untungnya di toko Ujung harga masih bisa nego, enggak seperti toko sebelahnya yang bikin jutek. Barang sama, kualitas sama tapi harga pembukaan lebih mahal dari di Ujung, enggak boleh kurang lagi











Dari situ kita mampir nyicipin es teler dekat benteng Rotterdam. Mumpung, soalnya belum tentu besok ada waktu. Lagi-lagi es teler di sini beda dengan yang biasa dikenal. Disajikan dalam gelas besar dengan parutan es dan susu kental manis, isinya terdiri dari potongan-potongan pepaya *betul sodara-sodara, pepaya!*, alpukat, cincau, kelapa muda, sari kelapa, dan kacang disco. Yak betul pemirsa, kacang! Seumur-umur baru kali ini makan es teler dengan kacang. Rasanya? Silahkan bayangkan sendiri deh. Kombinasi yang aneh tapi ternyata anehnya lagi, enak juga. Batagornya sendiri not recommended, seperti enggak niat jualan batagor.

















Habis dari situ kita mampir sebentar ke benteng, tapi tidak masuk ke dalam karena buru-buru mau pulang dan langit sudah makin mendung, mana baterei kamera yang sudah dari tadi megap-megap akhirnya tewas sama sekali sehingga sesi foto-foto diambil alih oleh kamera handphone. Kualitasnya tentu saja jauh di bawah camdig. Biarlah toh cuaca juga tidak mendukung. Sebenarnya kalo ada waktu enak juga main ke pulau Kahyangan, toh tinggal menyeberang. Yeah maybe next time.

Thursday, May 18, 2006

Wednesday, May 17, 2006

Let's say you build something. A system. It goes well and seems that everybody is happy. But actually, if you dig deeper it still can be improve. But your ego prevents you from hearing other's opinion. You become very subjective and easily get fractious. Then you are going nowhere.


I know some people like it. I know some people who speak bad about us in behind. I know some people who think they are better and refuse to take advice. I know some people who play innocent but their heart are as dark as the night and they smelt like carrion. Trust me I know and I've found some. I've been discovered them since a long time ago and so far I do nothing but watch. It is funny somehow, playing a spy on them. To such a people like them I give nothing but a shit and I pay no respect even a little bit. I think I will just let them with their stupidity.

kayla in 1 minute

Tuesday, May 16, 2006

Setelah sekian hari berada di sana barulah kami punya kesempatan keluar mencicipi coto. Ini makanan berkuah dari Makassar, sebagian orang menggolongkannya sebagai soto tapi rasanya koq kurang pas. Tidak ada kandungan bumbu soto seperti yang umum dikenal di dalamnya. Coto yang banyak direkomendasikan adalah coto gagak yang terletak di jalan yang saya tidak tahu namanya . Maklum bukan penduduk asli sana. Namun di sisi lain harus diakui rekomennya tidak salah. Cotonya sedap, dibanding Daeng Tata di Jakarta *tempat saya biasa makan* di sini rasanya jauh mengungguli. Warungnya berada tepat di pertigaan jalan, memanjang membentuk huruf L. Kalo menurut promosinya sih buka 24 jam, entah benar atau tidak itu.











Hanya enak disantap selagi hangat, coto Gagak memiliki tampilan lebih gelap dibanding coto Daeng Tata. Kuahnya juga lebih pekat dan sedap, bumbunya terasa sekali. Aslinya, coto terdiri dari daging sapi dan jeron *segala isi perut sapi* yang dipotong-potong lalu disajikan dengan kuah dalam mangkuk kecil. Kalau tidak suka jeroan, kita bisa meminta daging saja. Potongan dagingnya pas, tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil dalam jumlah yang royal, dan empuk sekali. Seperti kebanyakan makanan Makassar lainnya, sebelum makan jangan lupa siram dengan perasan jeruk nipis, lalu kalau ingin pedas ditambahi sambal. Bukan sambal kuning seperti sambal bakso, melainkan sambal khusus coto. Dasarnya kuah coto sendiri sudah pedas tapi bukan pedas cabe, saya tebak pedas lada atau merica. Tambah kecap manis bila suka dan terakhir taburi rajangan daun bawang dan bawang goreng. Rasanya nendang, segar menggigit bercampur dengan gurihnya kuah yang hangat . Coto dimakan dengan ketupat mini yang ukurannya sepertiga ketupat normal. Waktu makan coto kemarin, kebetulan di luar lagi hujan rintik-rintik dan udaranya dingin. Pas banget jadinya.

Monday, May 15, 2006

Selain mie titi, kita juga sempat mencoba bakso makassar. Omong-omong soal bakso, kita sampai tiga kali keluar makan bakso, masing-masing di tempat yang berbeda. Yang pertama hasilnya mengecewakan, yang kedua memuaskan lantaran kita langsung test di kios paling top di Makassar. Yang ketiga sebenarnya tidak direncanakan, cuma sekedar iseng lewat lalu mampir. Bakso Makassar disebut Nyuk Nyang. Konon aslinya terbuat dari daging babi lalu seiring berlalunya waktu dibuat juga dari daging sapi.


Berbeda dengan bakso di Jawa, Nyuk Nyang terbagi dalam tiga jenis: bakso halus, bakso kasar dan bakso goreng. Bakso halus bentuknya sama persis dengan yang kita kenal selama ini. Bulat abu-abu dengan permukaan yang halus licin. Bakso kasar berwarna hitam, dengan bentuk yang tidak karuan, bentol sana-sini. Ketika digigit, lebih liat dan lebih lembut ketimbang bakso halus. Bakso goreng bentuk dan teksturnya mirip empek-empek bulat dari palembang, bulat dengan warna kuning emas kecoklatan. Rasanya garing di luar dan renyah di dalam. Orang sini menyebutnya kerupuk.


Biasanya orang Makassar kalo pesan bakso yang jumlahnya ekstra banyak justru bakso kasar, nomor dua bakso goreng lalu yang terakhir bakso halus. Dari lima butir bakso di mangkuk, bakso halus paling hanya satu atau dua. Sisanya bakso kasar. Bakso goreng disajikan di mangkuk terpisah. Cara makan Nyuk Nyang khas Makassar berbeda dengan cara makan bakso yang selama ini kita kenal. Pertama sambal dituang di piring kecil, sekali lagi ini sambal kuning, bukan saus sambal botolan. Lalu diberi perasan jeruk nipis dan kecap bila suka. Saya perhatikan orang Makassar suka sekali memakai jeruk nipis dalam hidangannya, hampir dalam setiap masakan khas sana selalu diberi jeruk sebagai topping akhir. Dan di meja selalu disediakan potongan jeruk nipis dalam porsi yang wah.


Kembali pada Nyuk Nyang di atas, sesudah racikan sambal dirasa pas dengan selera barulah dengan garpu, bakso dicocol ke piring sambal terus dimakan. Sesekali dibarengi dengan menghirup kuah yang hangat. Sebagian orang mencidukkan racikan sambal + jeruk + kecap tadi ke mangkuk sehingga kuah baksonya tercampur, lalu di atasnya ditaburi potongan daun bawang. Rasanya gurih, segar dan pedas. Sedap tidaknya kuah bakso sebenarnya tergantung keahlian kita meracik ini. Nyuk Nyang biasanya dimakan dengan buras, sejenis lontong Makassar. Dengan sendok, buras dipotong kecil-kecil lalu dicemplungkan ke mangkuk. Makan bakso dengan lontong masih menjadi kombinasi yang aneh bagi saya, bahkan sampai saat ini. Sebab itu saya bertahan tidak menyentuh buras yang terhidang di meja meski sudah ditawari kiri-kanan. Di Makassar, ketika makan Nyuk Nyang, jarang orang yang menghabiskan kuahnya. Biasanya mereka minta tambah bakso kasar atau bakso goreng, kuah disisakan supaya perut tidak terlalu penuh.





Kios Nyuk Nyang paling terkenal di sana mungkin Ati Raja di jalan Gunung Merapi. Tempatnya kecil tapi larisnya manis. Dari tiga tempat bakso yang saya coba, yang paling pas ya cuma Ati Raja itu. Tempat bakso ketiga yang dikunjungi adalah kios Sentosa di pinggiran pantai Losari. Tempatnya asyik karena sambil makan kita bisa memandang laut lepas. Baksonya sedikit berbeda dengan Ati Raja, disajikan dalam potongan besar dan porsi besar dalam mangkuk besar pula, mirip mangkuk ramen jepang yang gede itu. Saking besarnya akhirnya kita cuma pesan satu mangkuk untuk berdua. Itupun tidak habis. Rasanya buat saya sih biasa aja. Masih lebih sedap Ati Raja.











Selain bakso, di Sentosa kita juga memesan es pisang ijo. Ini juga satu dari sekian banyak hidangan khas Makassar. Pisang rebus dibalut adonan tepung warna hijau ditaruh di mangkuk, lalu disiram bubur sum-sum kemudian diberi serutan es, dan terakhir sebagai toppingnya adalah siraman sirup merah dan susu kental manis. Sama seperti sambal bakso, sirup merah yang dipakai bukan produk pabrikan seperti sirup abc atau lainnya. Sirupnya harus khas Makassar yang tidak diproduksi di tempat lain. Di Jakarta kita pernah mencoba es pisang ijo yang memakai sirup biasa. Heh, istri langsung komplain habis-habisan. "Rasanya jadi enggak kena" katanya.


Es pisang ijo ini memang segar. Rahasianya selain di sirupnya juga pada pisangnya. Kalo pisangnya keras hmm benar-benar nightmare. Tapi kalo empuk, uhm.. Buat saya es palubutung mungkin lebih pas dibanding es pisang ijo. Palubutung mirip seperti es pisang ijo, hanya pisangnya tidak dibalut adonan tepung sehingga lebih ringan dan tidak terlalu mengenyangkan seperti saudaranya itu.

Friday, May 12, 2006

Bukannya mau menyaingi Bondan Winarno dalam acara BCRN-nya, cuma sekedar mengulas jajanan di sana. Banyak yang bilang kerjaannya si Bondan enak banget, jalan-jalan, makan-makan dapat duit pula. Yang kerap bikin orang keki biasanya kalo ada adegan Bondan mencicipi makanan di suatu tempat sambil berujar, "hmmm.. satenya empuk sekali pak" lalu langsung disambung, "jangan kemana-mana pemirsa. Setelah ini kita masih akan mencicipi lagi jajanan khas " Enaknya, makan terus..





Dari sebelum berangkat istri sudah ribut ingin makan Mie Titi *awas jangan kelebihan 't'-nya * maka jadilah setelah semua barang ditaruh di rumah, kita keluar cari Mie Titi buat makan malam. Buat yang belum tahu, Mie Titi adalah penganan mie dari Makassar. Saya tidak tahu ini sebaiknya digolongkan mie goreng atau mie kuah. Kalo dimasukkan genre mie goreng kenyataannya toh ada kuahnya tapi kalo disebut mie kuah juga tidak tepat karena mie-nya digoreng dan kuahnya tidak banyak *nyemek, sebagian orang menyebutnya* dan kental. Orang sana sendiri menyebutnya saus, entah saus apa. Yang paling khas dari Mie Titi ini adalah mie-nya tentu saja. Tipis, kecil dan tidak bisa ditemukan di tempat lain. Di Jakarta ada banyak tempat makan khas Makassar yang juga menyajikan Mie Titi tapi istri selalu mengklaim mie-nya tidak sama dengan yang ada di kota asal.


Waktu pesan sempat ditanya mau porsi besar atau kecil, spontan kita menjawab "Besar!" Namanya juga kelaparan dari siang tidak makan. Mie-nya digoreng kering lalu ditata di piring. Di atasnya kemudian disiram saus kental yang sudah dicampur sayuran, cacahan daging ayam dan udang. Sausnya bukan basa-basi melainkan dalam porsi generous hingga mie-nya tergenang. Sebelum disantap diberi perasan jeruk nipis dan sambal kalau suka. Sambalnya bukan saus sambal botolan melainkan sambal khas Makassar, agak encer dan berwarna kuning-oranye. Rasanya jadi perpaduan asam-pedas-gurih dan segar. Pedas jelas dari sambalnya, asam segar berkat air jeruk, gurih dari sausnya dan paduan daging ayam dan udang yang lembut. Dan lantaran mie-nya digoreng kering mirip kerupuk, ketika dikunyah ada sensasi kriuk-kriuknya. Potongan mie yang garing kering itu jadi lembut di lidah setelah bercampur dengan saus. Rasanya? Mantaaaap. Huaduh, tiba-tiba saya jadi ingin makan lagi
Awal Mei ini saya mengantar nyonya ke kampung halamannya di seberang pulau sana, sekalian jalan-jalan. Tentu saja si kecil juga diajak serta. Kalo mau jujur, sebenarnya perjalanan ke sana cukup menyebalkan, mulai dari pesawatnya ditunda 45 menit, lalu sampai di bandara Hasanudin panitia penjemputnya terlambat satu setengah jam karena terhalang kecelakaan truk di jalan kemudian ketika sampai di rumah mendadak pet! Mati lampu. Memang saat itu PLN Makassar lagi hobi mengadakan pemadaman bergilir.





Untungnya si kecil selama di perjalanan cukup tenang. Maklum perjalanannya cukup lama, dua jam lebih. Selain rewel sebentar ketika ngantuk, selebihnya dia asyik tidur atau main sendiri. Benar-benar anak yang manis kamu nak. Di bandara dia tidur sebentar sebelum asyik melihat orang-orang sekitarnya. Di pesawat sempat rewel sebentar waktu ngantuk tapi kemudian pingsan dengan sukses. Waktu menunggu tim penjemput yang lamanya minta ampun itu dia juga tetap anteng, malah sempat main-main sebentar dengan ibu-ibu di sebelahnya.


Sayangnya pulang dari sana si kecil malah batuk pilek. Huh, ketularan orang-orang rumah sih. Mana di sana sirkulasi udaranya kurang, banyak debu karena jalanan depan rumah lagi diaspal plus kualitas air yang jelek. Kasihan amat kamu nak, jadi kurusan deh sekarang.