Thursday, June 01, 2006
I'm tired with meeting and meeting. Can I have just a month without any meeting even a single bit one, pleaseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee? *desperate face mode: on* Why should I? Cause I'm busy researching something new and I want more flexible time to browse for adult site *ups* and I obviously dislike a meeting without snack and the most important thing, I don't like the topic and I have a feeling that it leaded us nowhere.
Tuesday, May 30, 2006
lovely KAYLA

what's new with Kayla now:
1. udah jago merayap.. ntar lagi mau merangkak kayaknya secara pantatnya suka dinungging-nunggingin..hihihi
2. seneng banget ngintip orang sholat (gw, ayahnya or her grandma). sambil ketawa-ketawa cengengesan, dia langsung ngerayap cepet dipojokan ranjang ngeliatin orang sholat disampingnya.
3. suka ngoceh-ngoceh gak jelas.. aauuu.. aahh..uuuh.. aduu.. buaa... ayaa..
4. sudah belum digundulin rambutnya (kapan ya? dimana?)
5. seneng banget kalo di kasih kertas. selain masuk ke mulut, bisa dia sobek-sobek..
6. udah mulai tumbuh 2 gigi seri bawahnya.. meski masih imuutt banget..
Monday, May 29, 2006
Here's my comment about:
Mayang Sari: Die bitch! Die! May you burn in hell!!
Soeharto: Forgiveness eh? Justice first then we can talk about forgiveness!
Makassar student: Stupid and idiot as they always be.
Jogja earthquake: Glad to inform you that all of our family there are save and had been beamed up to the Enterprise. Our team there reported that our castle is over all ok and they have everything under control.
Mayang Sari: Die bitch! Die! May you burn in hell!!
Soeharto: Forgiveness eh? Justice first then we can talk about forgiveness!
Makassar student: Stupid and idiot as they always be.
Jogja earthquake: Glad to inform you that all of our family there are save and had been beamed up to the Enterprise. Our team there reported that our castle is over all ok and they have everything under control.
Friday, May 26, 2006
Wednesday, May 24, 2006
Monday, May 22, 2006
si meg pergi ke pasar...
minggu kemaren gue ke pasar (baca: tradisional, bukan hypermarket lho..). ceritanya berhubung tanggal tua, jadi maunya banyakan di rumah dan masak aja instead of bela-beli fastfood. biasanya kalo bumbu dapur (baca: bawang putih bersodara) udah menipis, hari minggu gue sempetin skalian beli banyak di pasar buat up date stock. dulu sih nyoba di pasar prapatan, tp kmrn ini beli di warung/kios di kompleks, yang menjual layaknya di pasar, cukup lengkap dan rame pembeli pulak. mayan kan bisa irit 10ribu buat ongkos pp ke pasar aslinya..
berikut ini yang gue dapet dengan duit 50ribu ++ rupiah saja.. (ketak ketik kok sounds that gue makin mirip "Mak Irit" di jelang siang trans tv yak..? huahahaha..)
1. bawang merah 1/2 kg = Rp. 6000
2. bawang putih 1/2 kg = Rp. 8000
3. tomat 1/2 kg = Rp 2500 (mahal bo, dulu sempet 3500 perak sekilonya)
4. cabe merah keriting 1/4 kg = Rp 4000 eh ditawar jadi Rp. 3500 saja
5. brokoli (ga tau brp ons tuh) = Rp. 2500
6. 2 ikat sawi ijo @ Rp. 1000 = Rp. 2000
7. sawi putih = Rp. 2000
8. bumbu dapur (assorted) = Rp. 500
9. bakso sapi dan ikan 10 biji = Rp. 4500
10.tahu = Rp. 2000 (biasanya 1500 saja di pasar beneran)
11.tempe = Rp. 2000
12.bawang bombay 2 biji = Rp 2000 (sama aja kayak di carre4 dunk ah!)
13.pisang ambon = Rp. 1500 (cuma 2 biji say..)
14.garam kasar sebungkus = Rp. 2000
15. ikan bandeng 1 ekor = Rp. 10.500 (mahal yee?)
Total = Rp. 51.500, diskon 500 rupiah aja dari abangnya jadi 51ribu (tanggung amat)...
btw, saking ramenya gue gak sempat nawar semuanya, soalnya keliatannya disana juga harganya pas, kalo ditawar paling turun dikit ato tidak sama sekali. hikz. eniwei, yang sering blanja ke pasar mungkin bisa menilai kemahalan ato gak blanjaan gue..secara gue juga gak tau pasti harga" barang yg gue beli diatas. hehe
berikut ini yang gue dapet dengan duit 50ribu ++ rupiah saja.. (ketak ketik kok sounds that gue makin mirip "Mak Irit" di jelang siang trans tv yak..? huahahaha..)
1. bawang merah 1/2 kg = Rp. 6000
2. bawang putih 1/2 kg = Rp. 8000
3. tomat 1/2 kg = Rp 2500 (mahal bo, dulu sempet 3500 perak sekilonya)
4. cabe merah keriting 1/4 kg = Rp 4000 eh ditawar jadi Rp. 3500 saja
5. brokoli (ga tau brp ons tuh) = Rp. 2500
6. 2 ikat sawi ijo @ Rp. 1000 = Rp. 2000
7. sawi putih = Rp. 2000
8. bumbu dapur (assorted) = Rp. 500
9. bakso sapi dan ikan 10 biji = Rp. 4500
10.tahu = Rp. 2000 (biasanya 1500 saja di pasar beneran)
11.tempe = Rp. 2000
12.bawang bombay 2 biji = Rp 2000 (sama aja kayak di carre4 dunk ah!)
13.pisang ambon = Rp. 1500 (cuma 2 biji say..)
14.garam kasar sebungkus = Rp. 2000
15. ikan bandeng 1 ekor = Rp. 10.500 (mahal yee?)
Total = Rp. 51.500, diskon 500 rupiah aja dari abangnya jadi 51ribu (tanggung amat)...
btw, saking ramenya gue gak sempat nawar semuanya, soalnya keliatannya disana juga harganya pas, kalo ditawar paling turun dikit ato tidak sama sekali. hikz. eniwei, yang sering blanja ke pasar mungkin bisa menilai kemahalan ato gak blanjaan gue..secara gue juga gak tau pasti harga" barang yg gue beli diatas. hehe
isi tasku..

lemparan dari calon ibu satu ini, sori telat nge-responnya say. soalnya telat ngambil fotonya dan belum diedit pulak. but, biar gak lupa gue tulis dulu deh ya.. (gbr dari kiri ke kanan):
1. tas item merek gak jelas. bukan hadiah dari nyokap, tapi lebih tepatnya nyolong punya nyokap. hehe. gue suka bentuknya yang simple dan cukup muat banyak. bahannya agak bagus, tapi sayang bagian handle nya udah agak cacat.. someday mo gue benerin di 'Laba-Laba Cikini' kali ya.. secara kata nyokap harganya agak mahal dan hadiah dari orang pulak. hehe
2. dompet isi duit, ktp, atm cards, kartu berobat gue, kartu berobat kayla, sim A, sim C (udah expired tapina), movie rental cards, name cards, poto", bills, dll, etc, ampe tuh dompet kegemukan kartu!
3. sarung HP + HP Noki 3660 (deuu.. ketinggalan bang-ged yak gue.. hikz)
4. tas kecil isi bedak, lisptik, pinsil alis buat taroh di kantor
5. USB flash disk (it's a must!)
6. dompet kecil buat receh-receh angkot or ojek..
7. karet rambut
8. sisir
9. sedia payung sebelum hujan
Friday, May 19, 2006
Di situ cukup lengkap, minyak tawon ada, oleh-oleh ada, sarung dan barang kerajinan juga ada. Bingung juga nyari oleh-oleh buat dibawa pulang, lantaran Makassar tidak punya penganan enak yang khusus untuk dibawa seperti Bandung dengan brownies kukus-nya atau Yogya dengan bakpianya. Coto, konro dan nyuk nyang memang enak tapi kalo disantap segera setelah dimasak. Kalo udah nginep semalam dijamin rasanya jauh beda. Akhirnya pilihan jatuh ke markisa juice *yang ternyata di Jakarta cepat sekali habis*, abon sapi, kacang, kacang gula dan jagung marning. Markisa juice-nya memang segar tapi mahal. Satu kemasan dus isi dua botol medium sudah 30k sendiri. Abonnya juga mahal, ukuran 1 kg dihargai 30k juga. Minyak tawon apalagi, terbagi dua jenis merah dan putih, yang merah dijual 35k seukuran botol kecap, yang putih 110k. Berat lagi boo.. Untungnya di toko Ujung harga masih bisa nego, enggak seperti toko sebelahnya yang bikin jutek. Barang sama, kualitas sama tapi harga pembukaan lebih mahal dari di Ujung, enggak boleh kurang lagi
Wednesday, May 17, 2006
Let's say you build something. A system. It goes well and seems that everybody is happy. But actually, if you dig deeper it still can be improve. But your ego prevents you from hearing other's opinion. You become very subjective and easily get fractious. Then you are going nowhere.
I know some people like it. I know some people who speak bad about us in behind. I know some people who think they are better and refuse to take advice. I know some people who play innocent but their heart are as dark as the night and they smelt like carrion. Trust me I know and I've found some. I've been discovered them since a long time ago and so far I do nothing but watch. It is funny somehow, playing a spy on them. To such a people like them I give nothing but a shit and I pay no respect even a little bit. I think I will just let them with their stupidity.
I know some people like it. I know some people who speak bad about us in behind. I know some people who think they are better and refuse to take advice. I know some people who play innocent but their heart are as dark as the night and they smelt like carrion. Trust me I know and I've found some. I've been discovered them since a long time ago and so far I do nothing but watch. It is funny somehow, playing a spy on them. To such a people like them I give nothing but a shit and I pay no respect even a little bit. I think I will just let them with their stupidity.
Tuesday, May 16, 2006
Monday, May 15, 2006
Selain mie titi, kita juga sempat mencoba bakso makassar. Omong-omong soal bakso, kita sampai tiga kali keluar makan bakso, masing-masing di tempat yang berbeda. Yang pertama hasilnya mengecewakan, yang kedua memuaskan lantaran kita langsung test di kios paling top di Makassar. Yang ketiga sebenarnya tidak direncanakan, cuma sekedar iseng lewat lalu mampir. Bakso Makassar disebut Nyuk Nyang. Konon aslinya terbuat dari daging babi lalu seiring berlalunya waktu dibuat juga dari daging sapi.
Berbeda dengan bakso di Jawa, Nyuk Nyang terbagi dalam tiga jenis: bakso halus, bakso kasar dan bakso goreng. Bakso halus bentuknya sama persis dengan yang kita kenal selama ini. Bulat abu-abu dengan permukaan yang halus licin. Bakso kasar berwarna hitam, dengan bentuk yang tidak karuan, bentol sana-sini. Ketika digigit, lebih liat dan lebih lembut ketimbang bakso halus. Bakso goreng bentuk dan teksturnya mirip empek-empek bulat dari palembang, bulat dengan warna kuning emas kecoklatan. Rasanya garing di luar dan renyah di dalam. Orang sini menyebutnya kerupuk.
Biasanya orang Makassar kalo pesan bakso yang jumlahnya ekstra banyak justru bakso kasar, nomor dua bakso goreng lalu yang terakhir bakso halus. Dari lima butir bakso di mangkuk, bakso halus paling hanya satu atau dua. Sisanya bakso kasar. Bakso goreng disajikan di mangkuk terpisah. Cara makan Nyuk Nyang khas Makassar berbeda dengan cara makan bakso yang selama ini kita kenal. Pertama sambal dituang di piring kecil, sekali lagi ini sambal kuning, bukan saus sambal botolan. Lalu diberi perasan jeruk nipis dan kecap bila suka. Saya perhatikan orang Makassar suka sekali memakai jeruk nipis dalam hidangannya, hampir dalam setiap masakan khas sana selalu diberi jeruk sebagai topping akhir. Dan di meja selalu disediakan potongan jeruk nipis dalam porsi yang wah.
Kembali pada Nyuk Nyang di atas, sesudah racikan sambal dirasa pas dengan selera barulah dengan garpu, bakso dicocol ke piring sambal terus dimakan. Sesekali dibarengi dengan menghirup kuah yang hangat. Sebagian orang mencidukkan racikan sambal + jeruk + kecap tadi ke mangkuk sehingga kuah baksonya tercampur, lalu di atasnya ditaburi potongan daun bawang. Rasanya gurih, segar dan pedas. Sedap tidaknya kuah bakso sebenarnya tergantung keahlian kita meracik ini. Nyuk Nyang biasanya dimakan dengan buras, sejenis lontong Makassar. Dengan sendok, buras dipotong kecil-kecil lalu dicemplungkan ke mangkuk. Makan bakso dengan lontong masih menjadi kombinasi yang aneh bagi saya, bahkan sampai saat ini. Sebab itu saya bertahan tidak menyentuh buras yang terhidang di meja meski sudah ditawari kiri-kanan. Di Makassar, ketika makan Nyuk Nyang, jarang orang yang menghabiskan kuahnya. Biasanya mereka minta tambah bakso kasar atau bakso goreng, kuah disisakan supaya perut tidak terlalu penuh.
Kios Nyuk Nyang paling terkenal di sana mungkin Ati Raja di jalan Gunung Merapi. Tempatnya kecil tapi larisnya manis. Dari tiga tempat bakso yang saya coba, yang paling pas ya cuma Ati Raja itu. Tempat bakso ketiga yang dikunjungi adalah kios Sentosa di pinggiran pantai Losari. Tempatnya asyik karena sambil makan kita bisa memandang laut lepas. Baksonya sedikit berbeda dengan Ati Raja, disajikan dalam potongan besar dan porsi besar dalam mangkuk besar pula, mirip mangkuk ramen jepang yang gede itu. Saking besarnya akhirnya kita cuma pesan satu mangkuk untuk berdua. Itupun tidak habis. Rasanya buat saya sih biasa aja. Masih lebih sedap Ati Raja.
Selain bakso, di Sentosa kita juga memesan es pisang ijo. Ini juga satu dari sekian banyak hidangan khas Makassar. Pisang rebus dibalut adonan tepung warna hijau ditaruh di mangkuk, lalu disiram bubur sum-sum kemudian diberi serutan es, dan terakhir sebagai toppingnya adalah siraman sirup merah dan susu kental manis. Sama seperti sambal bakso, sirup merah yang dipakai bukan produk pabrikan seperti sirup abc atau lainnya. Sirupnya harus khas Makassar yang tidak diproduksi di tempat lain. Di Jakarta kita pernah mencoba es pisang ijo yang memakai sirup biasa. Heh, istri langsung komplain habis-habisan. "Rasanya jadi enggak kena" katanya.
Es pisang ijo ini memang segar. Rahasianya selain di sirupnya juga pada pisangnya. Kalo pisangnya keras hmm benar-benar nightmare. Tapi kalo empuk, uhm.. Buat saya es palubutung mungkin lebih pas dibanding es pisang ijo. Palubutung mirip seperti es pisang ijo, hanya pisangnya tidak dibalut adonan tepung sehingga lebih ringan dan tidak terlalu mengenyangkan seperti saudaranya itu.
Berbeda dengan bakso di Jawa, Nyuk Nyang terbagi dalam tiga jenis: bakso halus, bakso kasar dan bakso goreng. Bakso halus bentuknya sama persis dengan yang kita kenal selama ini. Bulat abu-abu dengan permukaan yang halus licin. Bakso kasar berwarna hitam, dengan bentuk yang tidak karuan, bentol sana-sini. Ketika digigit, lebih liat dan lebih lembut ketimbang bakso halus. Bakso goreng bentuk dan teksturnya mirip empek-empek bulat dari palembang, bulat dengan warna kuning emas kecoklatan. Rasanya garing di luar dan renyah di dalam. Orang sini menyebutnya kerupuk.
Biasanya orang Makassar kalo pesan bakso yang jumlahnya ekstra banyak justru bakso kasar, nomor dua bakso goreng lalu yang terakhir bakso halus. Dari lima butir bakso di mangkuk, bakso halus paling hanya satu atau dua. Sisanya bakso kasar. Bakso goreng disajikan di mangkuk terpisah. Cara makan Nyuk Nyang khas Makassar berbeda dengan cara makan bakso yang selama ini kita kenal. Pertama sambal dituang di piring kecil, sekali lagi ini sambal kuning, bukan saus sambal botolan. Lalu diberi perasan jeruk nipis dan kecap bila suka. Saya perhatikan orang Makassar suka sekali memakai jeruk nipis dalam hidangannya, hampir dalam setiap masakan khas sana selalu diberi jeruk sebagai topping akhir. Dan di meja selalu disediakan potongan jeruk nipis dalam porsi yang wah.
Kembali pada Nyuk Nyang di atas, sesudah racikan sambal dirasa pas dengan selera barulah dengan garpu, bakso dicocol ke piring sambal terus dimakan. Sesekali dibarengi dengan menghirup kuah yang hangat. Sebagian orang mencidukkan racikan sambal + jeruk + kecap tadi ke mangkuk sehingga kuah baksonya tercampur, lalu di atasnya ditaburi potongan daun bawang. Rasanya gurih, segar dan pedas. Sedap tidaknya kuah bakso sebenarnya tergantung keahlian kita meracik ini. Nyuk Nyang biasanya dimakan dengan buras, sejenis lontong Makassar. Dengan sendok, buras dipotong kecil-kecil lalu dicemplungkan ke mangkuk. Makan bakso dengan lontong masih menjadi kombinasi yang aneh bagi saya, bahkan sampai saat ini. Sebab itu saya bertahan tidak menyentuh buras yang terhidang di meja meski sudah ditawari kiri-kanan. Di Makassar, ketika makan Nyuk Nyang, jarang orang yang menghabiskan kuahnya. Biasanya mereka minta tambah bakso kasar atau bakso goreng, kuah disisakan supaya perut tidak terlalu penuh.
Es pisang ijo ini memang segar. Rahasianya selain di sirupnya juga pada pisangnya. Kalo pisangnya keras hmm benar-benar nightmare. Tapi kalo empuk, uhm.. Buat saya es palubutung mungkin lebih pas dibanding es pisang ijo. Palubutung mirip seperti es pisang ijo, hanya pisangnya tidak dibalut adonan tepung sehingga lebih ringan dan tidak terlalu mengenyangkan seperti saudaranya itu.
Friday, May 12, 2006
Bukannya mau menyaingi Bondan Winarno dalam acara BCRN-nya, cuma sekedar mengulas jajanan di sana. Banyak yang bilang kerjaannya si Bondan enak banget, jalan-jalan, makan-makan dapat duit pula. Yang kerap bikin orang keki biasanya kalo ada adegan Bondan mencicipi makanan di suatu tempat sambil berujar, "hmmm.. satenya empuk sekali pak" lalu langsung disambung, "jangan kemana-mana pemirsa. Setelah ini kita masih akan mencicipi lagi jajanan khas " Enaknya, makan terus..
Dari sebelum berangkat istri sudah ribut ingin makan Mie Titi *awas jangan kelebihan 't'-nya
* maka jadilah setelah semua barang ditaruh di rumah, kita keluar cari Mie Titi buat makan malam. Buat yang belum tahu, Mie Titi adalah penganan mie dari Makassar. Saya tidak tahu ini sebaiknya digolongkan mie goreng atau mie kuah. Kalo dimasukkan genre mie goreng kenyataannya toh ada kuahnya tapi kalo disebut mie kuah juga tidak tepat karena mie-nya digoreng dan kuahnya tidak banyak *nyemek, sebagian orang menyebutnya* dan kental. Orang sana sendiri menyebutnya saus, entah saus apa. Yang paling khas dari Mie Titi ini adalah mie-nya tentu saja. Tipis, kecil dan tidak bisa ditemukan di tempat lain. Di Jakarta ada banyak tempat makan khas Makassar yang juga menyajikan Mie Titi tapi istri selalu mengklaim mie-nya tidak sama dengan yang ada di kota asal.
Waktu pesan sempat ditanya mau porsi besar atau kecil, spontan kita menjawab "Besar!" Namanya juga kelaparan dari siang tidak makan. Mie-nya digoreng kering lalu ditata di piring. Di atasnya kemudian disiram saus kental yang sudah dicampur sayuran, cacahan daging ayam dan udang. Sausnya bukan basa-basi melainkan dalam porsi generous hingga mie-nya tergenang. Sebelum disantap diberi perasan jeruk nipis dan sambal kalau suka. Sambalnya bukan saus sambal botolan melainkan sambal khas Makassar, agak encer dan berwarna kuning-oranye. Rasanya jadi perpaduan asam-pedas-gurih dan segar. Pedas jelas dari sambalnya, asam segar berkat air jeruk, gurih dari sausnya dan paduan daging ayam dan udang yang lembut. Dan lantaran mie-nya digoreng kering mirip kerupuk, ketika dikunyah ada sensasi kriuk-kriuknya. Potongan mie yang garing kering itu jadi lembut di lidah setelah bercampur dengan saus. Rasanya? Mantaaaap. Huaduh, tiba-tiba saya jadi ingin makan lagi
Waktu pesan sempat ditanya mau porsi besar atau kecil, spontan kita menjawab "Besar!" Namanya juga kelaparan dari siang tidak makan. Mie-nya digoreng kering lalu ditata di piring. Di atasnya kemudian disiram saus kental yang sudah dicampur sayuran, cacahan daging ayam dan udang. Sausnya bukan basa-basi melainkan dalam porsi generous hingga mie-nya tergenang. Sebelum disantap diberi perasan jeruk nipis dan sambal kalau suka. Sambalnya bukan saus sambal botolan melainkan sambal khas Makassar, agak encer dan berwarna kuning-oranye. Rasanya jadi perpaduan asam-pedas-gurih dan segar. Pedas jelas dari sambalnya, asam segar berkat air jeruk, gurih dari sausnya dan paduan daging ayam dan udang yang lembut. Dan lantaran mie-nya digoreng kering mirip kerupuk, ketika dikunyah ada sensasi kriuk-kriuknya. Potongan mie yang garing kering itu jadi lembut di lidah setelah bercampur dengan saus. Rasanya? Mantaaaap. Huaduh, tiba-tiba saya jadi ingin makan lagi
Sayangnya pulang dari sana si kecil malah batuk pilek. Huh, ketularan orang-orang rumah sih. Mana di sana sirkulasi udaranya kurang, banyak debu karena jalanan depan rumah lagi diaspal plus kualitas air yang jelek. Kasihan amat kamu nak, jadi kurusan deh sekarang.
Subscribe to:
Posts (Atom)