Selain mie titi, kita juga sempat mencoba bakso makassar. Omong-omong soal bakso, kita sampai tiga kali keluar makan bakso, masing-masing di tempat yang berbeda. Yang pertama hasilnya mengecewakan, yang kedua memuaskan lantaran kita langsung test di kios paling top di Makassar. Yang ketiga sebenarnya tidak direncanakan, cuma sekedar iseng lewat lalu mampir. Bakso Makassar disebut Nyuk Nyang. Konon aslinya terbuat dari daging babi lalu seiring berlalunya waktu dibuat juga dari daging sapi.
Berbeda dengan bakso di Jawa, Nyuk Nyang terbagi dalam tiga jenis: bakso halus, bakso kasar dan bakso goreng. Bakso halus bentuknya sama persis dengan yang kita kenal selama ini. Bulat abu-abu dengan permukaan yang halus licin. Bakso kasar berwarna hitam, dengan bentuk yang tidak karuan, bentol sana-sini. Ketika digigit, lebih liat dan lebih lembut ketimbang bakso halus. Bakso goreng bentuk dan teksturnya mirip empek-empek bulat dari palembang, bulat dengan warna kuning emas kecoklatan. Rasanya garing di luar dan renyah di dalam. Orang sini menyebutnya kerupuk.
Biasanya orang Makassar kalo pesan bakso yang jumlahnya ekstra banyak justru bakso kasar, nomor dua bakso goreng lalu yang terakhir bakso halus. Dari lima butir bakso di mangkuk, bakso halus paling hanya satu atau dua. Sisanya bakso kasar. Bakso goreng disajikan di mangkuk terpisah. Cara makan Nyuk Nyang khas Makassar berbeda dengan cara makan bakso yang selama ini kita kenal. Pertama sambal dituang di piring kecil, sekali lagi ini sambal kuning, bukan saus sambal botolan. Lalu diberi perasan jeruk nipis dan kecap bila suka. Saya perhatikan orang Makassar suka sekali memakai jeruk nipis dalam hidangannya, hampir dalam setiap masakan khas sana selalu diberi jeruk sebagai topping akhir. Dan di meja selalu disediakan potongan jeruk nipis dalam porsi yang wah.
Kembali pada Nyuk Nyang di atas, sesudah racikan sambal dirasa pas dengan selera barulah dengan garpu, bakso dicocol ke piring sambal terus dimakan. Sesekali dibarengi dengan menghirup kuah yang hangat. Sebagian orang mencidukkan racikan sambal + jeruk + kecap tadi ke mangkuk sehingga kuah baksonya tercampur, lalu di atasnya ditaburi potongan daun bawang. Rasanya gurih, segar dan pedas. Sedap tidaknya kuah bakso sebenarnya tergantung keahlian kita meracik ini. Nyuk Nyang biasanya dimakan dengan buras, sejenis lontong Makassar. Dengan sendok, buras dipotong kecil-kecil lalu dicemplungkan ke mangkuk. Makan bakso dengan lontong masih menjadi kombinasi yang aneh bagi saya, bahkan sampai saat ini. Sebab itu saya bertahan tidak menyentuh buras yang terhidang di meja meski sudah ditawari kiri-kanan. Di Makassar, ketika makan Nyuk Nyang, jarang orang yang menghabiskan kuahnya. Biasanya mereka minta tambah bakso kasar atau bakso goreng, kuah disisakan supaya perut tidak terlalu penuh.

Kios Nyuk Nyang paling terkenal di sana mungkin Ati Raja di jalan Gunung Merapi. Tempatnya kecil tapi larisnya manis. Dari tiga tempat bakso yang saya coba, yang paling pas ya cuma Ati Raja itu. Tempat bakso ketiga yang dikunjungi adalah kios Sentosa di pinggiran pantai Losari. Tempatnya asyik karena sambil makan kita bisa memandang laut lepas. Baksonya sedikit berbeda dengan Ati Raja, disajikan dalam potongan besar dan porsi besar dalam mangkuk besar pula, mirip mangkuk ramen jepang yang gede itu. Saking besarnya akhirnya kita cuma pesan satu mangkuk untuk berdua. Itupun tidak habis. Rasanya buat saya sih biasa aja. Masih lebih sedap Ati Raja.

Selain bakso, di Sentosa kita juga memesan es pisang ijo. Ini juga satu dari sekian banyak hidangan khas Makassar. Pisang rebus dibalut adonan tepung warna hijau ditaruh di mangkuk, lalu disiram bubur sum-sum kemudian diberi serutan es, dan terakhir sebagai toppingnya adalah siraman sirup merah dan susu kental manis. Sama seperti sambal bakso, sirup merah yang dipakai bukan produk pabrikan seperti sirup abc atau lainnya. Sirupnya harus khas Makassar yang tidak diproduksi di tempat lain. Di Jakarta kita pernah mencoba es pisang ijo yang memakai sirup biasa. Heh, istri langsung komplain habis-habisan. "Rasanya jadi enggak kena" katanya.
Es pisang ijo ini memang segar. Rahasianya selain di sirupnya juga pada pisangnya. Kalo pisangnya keras hmm benar-benar nightmare. Tapi kalo empuk, uhm.. Buat saya es palubutung mungkin lebih pas dibanding es pisang ijo. Palubutung mirip seperti es pisang ijo, hanya pisangnya tidak dibalut adonan tepung sehingga lebih ringan dan tidak terlalu mengenyangkan seperti saudaranya itu.